Kalau kamu pernah merasa “kok aku beda, ya, dari orang lain padahal diajarin hal yang sama?”, well, kamu nggak sendiri. Saya dulu mikir gitu juga—apalagi waktu kerja bareng tim yang karakternya… yah, kayak bumi dan langit. Dari situ saya mulai tertarik sama yang namanya STIFIn. Bagaimana STIFIn Mempengaruhi Hidup Kita Sehari-hari
STIFIn, singkatan dari Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Instinct, adalah metode pemetaan kecerdasan tunggal berbasis mesin kerja otak dominan. Kedengerannya ribet? Iya, awalnya. Tapi makin saya dalami, makin masuk akal. Kayak, “Oooh… pantesan si B ini super teliti, dan si C santai banget.” Ternyata bukan soal malas atau rajin, tapi soal cara kerja otaknya yang beda.
Bangun Pagi, Mulai dari Gaya Hidup
Misalnya aja soal rutinitas pagi. Saya ini Thinking, yang katanya sih suka struktur dan logika. Jadi, saya butuh to-do list, bahkan buat hal-hal kecil kayak nyapu atau ngebalas email. Tapi partner saya Feeling. Dia butuh nuansa, mood, dan afirmasi dulu. Awalnya, kami sering debat. Tapi setelah tahu pola STIFIn masing-masing, kami belajar berempati dan menyesuaikan ritme. Saya nggak lagi maksa dia jadi “efisien” seperti saya, dan dia juga mulai ngerti kenapa saya butuh struktur.
Baca Juga : Pemahaman STIFIn : Sensing Introvert |
Di Tempat Kerja, STIFIn Bisa Jadi Senjata Rahasia
Waktu saya mulai menerapkan STIFIn di tim kerja, boom!—komunikasi membaik, konflik menurun, dan produktivitas naik. Saya mulai ngasih tugas sesuai genetik kerja otak orang. Yang Sensing saya kasih kerjaan detail dan teknis. Yang Instinct saya percayakan jadi pengambil keputusan cepat. Hasilnya? Tim ngerasa dihargai, saya juga nggak capek koreksi bolak-balik. Bagaimana STIFIn Mempengaruhi Hidup Kita Sehari-hari
Dan jujur ya, ini bukan sulap. Cuma soal ngerti orang lain berdasarkan wiring otaknya.
Hubungan Pribadi pun Jadi Lebih Nyambung
Dalam hubungan pribadi—keluarga, pasangan, bahkan anak—STIFIn itu ibarat peta. Anak saya Feeling, dan saya yang Thinking dulu suka frustrasi karena dia suka mewek “gara-gara hal sepele.” Tapi sekarang saya belajar, buat dia, itu bukan sepele. Saya mulai belajar validasi emosi dia dulu sebelum masuk logika. Dan itu—percaya atau nggak—membuat hubungan kami jauh lebih hangat.
Singkatnya, STIFIn itu bukan cuma teori. Ini alat yang bisa kamu pakai tiap hari. Mulai dari cara berkomunikasi, ngatur waktu, kerja bareng orang, sampai memahami diri sendiri. Dan kalau kamu merasa sering bentrok sama orang karena “beda gaya,” mungkin ini saatnya kamu kenalan lebih dalam dengan STIFIn.
Karena hidup ini bukan soal siapa yang paling benar—tapi siapa yang paling ngerti cara mainnya. 😉