Memahami STIFIn dari Sudut Pandang Studi Agama dan Ilmu Kedokteran
Asosiasi Promotos STIFIn menyelenggarakan Stadium Generale dengan tema “STIFIn Ditinjau dari Sudut Pandang Studi Agama dan Ilmu Kedokteran”, Ahad (31/1/2021) via aplikasi Zoom dan disiarkan secara langsung di akun Youtube STIFIn Institute. Ada 3 narasumber yang hadir pada acara tersebut, yaitu: STIFIn Health Trainer dr. Hendra Agusswarman S., Founder STIFIn Farid Poniman, serta Ketua MUI Dr. K.H. Jeje Zaenudin.
Dokter Hendra memaparkan hasil riset uji klinis dengan validitas tinggi yang membuktikan adanya keselarasan antara sistem operasi otak yang dominan dengan sistem organ tubuh yang dominan pada diri seseorang. Ia mengawali penjelasannya dengan memaparkan hasil penelitiannya pada 26 Agustus hingga 4 Desember 2015. Sebelum melakukan penelitian, dr. Hendra telah berdiskusi dengan Ayah Farid Poniman mengenai STIFIn dan berkesimpulan bahwa hipotesa yang ia temukan harus dituangkan secara ilmiah. “Setelah diskusi, saya pikir, konsep ideal ini harus dipelajari lebih lanjut dan dilihat hasil nyatanya lewat penelitian,” ujar dr. Hendra. Kemudian, ia melakukan uji sampel pada 96 siswa-siswi SMP di Balikpapan untuk mendapatkan sampel yang mewakili semua Personality Genetic (PG). Ada tiga tahapan yang dilakukan dr. Hendra dalam pengumpulan data, yaitu: melakukan tes STIFIn, melakukan medical check up, dan menganalisis hasil medical check up. “Kami melakukan tes STIFIn dulu, tidak mudah ya mendapatkan jumlah sampel yang mewakili setiap personality genetic, dan tidak mudah lagi melakukan tahap penelitian selanjutnya,” kata dr. Hendra yang juga seorang Health & Wellness Consultant.
Tahap penelitian selanjutnya yang ia maksud adalah pemeriksaan abdomen untuk mengetahui organ tubuh mana yang dominan dari setiap PG. “Perlu diketahui, setiap Mesin Kecerdasan dalam STIFIn memiliki organ utama. Misalnya: Sensing organ utamanya lambung, Thinking organ utamanya ginjal, Feeling organ utamanya paru-paru, Insting organ utamanya jantung, Intuiting organ utamanya adalah liver atau hati,” jelasnya. Berdasarkan hasil penelitian, dr. Hendra menemukan bahwa Feeling (F) memiliki diameter paru-paru paling dominan, khususnya di rongga dada kiri yaitu berukuran 14,35 cm. Lalu, hasil rontgen thorax (dada) juga menunjukkan bahwa di rongga dada kanan, diameter terbesar yaitu 13,90 cm dimiliki oleh Intuiting (I) karena di area ini juga terdapat organ Liver atau hati yang dominan berada di area rongga dada/perut kanan. Kemudian, analisa hasil USG abdomen (perut) menunjukkan bahwa Thinking (T) memiliki diameter rata-rata ginjal paling dominan, yaitu 14,17 cm. Sementara itu, hasil pemeriksaan darah (Hematologi) menunjukkan bahwa Insting (In) memiliki aktivitas kerja jantung dan sirkulasi darah yang dominan, ditunjukkan dengan tingginya kadar sel darah merah/entrosit, hemoglobin dan sel darah putih/lekosit (dalam batas normal). Hasil pemeriksaan darah (Hematologi) terkait Trombosit (keping pembekuan darah) menunjukkan Sensing (S) memiliki jumlah yang lebih dominan (dalam batas normal), bisa jadi untuk menunjang aktivitas S yang aktif secara fisik, terutama di bidang olahraga yang berpotensi menimbulkan cedera. Dominan di angka trombosit ini membuat S memiliki kecenderungan lebih cepat pulih dari cedera. “Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan kesesuaian secara tepat berdasarkan pengukuran anatomi pada Thinking (USG Abdomen), Intuiting, dan Feeling (Rontgen Thorax),” tegasnya.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan dominasi aktivitas jantung dan sirkulasi darah pada Insting berdasarkan analisa Hematologi. Penelitian juga menunjukkan dominasi Sensing berdasarkan analisa Hematologi Trombosit untuk recovery pasca aktivitas fisik. “Perlu dipertimbangkan jenis pemeriksaan yang lebih sesuai untuk menggambarkan dominasi organ lambung pada Sensing melalui pemeriksaan endoskopi/gatroskopi sehingga lebih tepat menggambarkan dominasi organ Lambung (sistem pencernaan) pada Sensing,” harapnya.
Sementara itu, Dr. K.H. Jeje Zaenudin memotret insight dalam konsep STIFIn yang tertuang dalam buku Pancarona. Wakil Ketua PP Persatuan Islam itu membuka dengan pengertian Fitrah, Shibghah, dan Syakilah. Menyitir ayat Alquran surat ar Ruum ayat 30, surat Albaqarah ayat 138, dan surat Al Isra ayat 82-84, Dr. K.H. Jeje menjelaskan bahwa fitrah itu adalah potensi positif dan ketuhanan tentang sifat dasar manusia yang membutuhkan keterikatan dan hubungannya dengan Allah, yaitu shibghah Allah (celupan Allah). “Sementara Syakilah adalah bagaimana cara manusia menyikapi kegagalan dan kesuksesan. Setiap orang akan bekerja, berbuat berdasarkan kecenderungannya,” ujar K. H. Jeje. Konsep fitrah, shibghah dan syakilah inilah, menurut Ustaz Jeje yang mendapatkan kesesuaian relevansi dengan mesin kecerdasan dan personality genetic dalam STIFIn. Ustaz Jeje juga mengingatkan bahwa manusia juga diberikan kemudahan, namun ada yang diberikan kemudahan dalam kemudahan, ada juga diberikan kemudahan dalam kesulitan.
Sementara itu, mengenai sidik jari, Alquran menjelaskan dalam surat Al Qiyamah ayat 3-5 yang menyebutkan ‘banaanah’ yaitu ujung jari tangan dan kaki manusia. Lebih lanjut, dalam Hadits Nabi saw juga diceritakan mengenai seseorang pada zaman Nabi saw yang mengetahui mengenai ilmu sidik jari. “Dengan demikian, ada korelasi antara kecenderungan, bakat, minat manusia dengan apa yang diciptakan Allah dalam ‘diri’ seseorang yaitu pada otak dan hati,” jelasnya. Manusia, lanjut Ustaz Jeje, tidak lepas dari fitrah, shibghah, dan syakilah yang ada dalam dirinya, tetapi manusia diberi kemerdekaan untuk mengikutinya atau menyelisihinya. “Islam tidak mengingkari kemampuan manusia untuk menyingkap sebagian rahasia alam yang Allah ciptakan. Islam justru mendorong manusia untuk terus meneliti dan menyingkap rahasia-rahasia Allah yang tersimpan dalam dirinya,” tutup Ustaz Jeje. Sebagai keynote speaker, Farid Poniman menjelaskan bahwa konsep STIFIn sangat bisa diaplikasikan dalam segala bidang kehidupan. “
Sejauh ini, hipotesa yang kita buat Alhamdulillah berjalan dengan baik, bisa dengan mudah digunakan dalam segala bidang kehidupan. InsyaAllah konsep STIFIn ini akan survive terus berlangsung dan bisa digunakan, juga tidak bertentangan dengan alquran dan hadits,” ungkapnya. Founder STIFIn ini juga mengatakan bahwa alam semesta yang diciptakan oleh Allah swt juga memiliki karakternya masing-masing. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, disebutkan bahwa malaikat takjub saat Allah swt menciptakan bumi meskipun dalam keadaan miring dan bergoyang. Lalu Allah tancapkan gunung dan bumi tak lagi bergoyang, malaikat pun kembali takjub. “Bumi itu mempunyai karakter Sensing Introvert, sementara gunung itu Intuiting. Gunung dikalahkan oleh Logam, logam itu Thinking. Kemudian Api menaklukkan Logam, api itu adalah Feeling. Lalu Air menaklukkan Api, air itu Insting.
Dan apa yang dapat mengalahkan air? Yaitu Angin, angina itu karakternya Sensing Ektrovert. Ini adalah siklus tertutup yang sesuai dengan teori STIFIn,” jelas Ayah Farid. Mengetahui penciptaan langit dan bumi sangat penting, namun ternyata, Allah swt telah menciptakan karakter manusia sejak 50 ribu tahun sebelum alam semesta diciptakan. Disebutkan dalam Alquran surat al Insan ayat 1: “Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” Farid mengatakan dalam bahwa Syeikh Qadir Jaelani menafsirkan ayat tersebut bahwa yang dimaksud adalah karakter manusia sudah diciptakan sebelum Allah menciptakan dimensi ruang dan waktu. “Ini menjadi sangat menarik karena ternyata di balik pentingnya waktu, ternyata ada yang lebih penting untuk kita pelajari, yaitu mengenali karakter manusia,” ujarnya.
STIFIn membagi karakter seseorang menjadi 5 Mesin Kecerdasan, yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Insting dengan 9 Personality Genetic, yaitu penambahan Introvert dan Ekstrovert. “Lima mesin kecerdasan itu sudah mencakup semuanya, membagi habis, sangat distinctive. Begitu dibedah lagi, maka 5 itu menjadi 9 PG, ada introvert dan ekstrovert. Tidak perlu lagi mencari tambahan atau mana yang dibuang, semuanya sudah sangat solid dan signifikan,” tutupnya.